Selasa, 23 Desember 2014

MAKALAH
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PSIKO FISIK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar PAI
Dosen Pengampu :
Drs. H. M. Mustofa, M.Ag



Oleh :
Yeli Ventika Agustin              (D71213143)
Ainur Rochmah                       (D31213059)
Sinta Akhlakul Karimah          (D71213135)


UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagaimana telah disinggung pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik, banyak sekali hal-hal yang seharusnya dibicarakan yang amat penting bagi kita dalam tahap awal pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik itu sendiri. Sesungguhnya terdapat berbagai persoalan yang semuanya bias dianggap penting yaitu: pengertian pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik, hukum dan tugas-tugas perkembangan, karekteristik pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik dalam masing-masing priode, beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa, solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pertumbuhan dan perkembangan psiko-fisik?
2.      Apa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik?
3.      Apa hukum dan tugas-tugas perkembangan?
4.      Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik dalam masing-masing periode?
5.      Jelaskan beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa?
6.      Apa solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa?

C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk menjelaskan apa pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik
3.      Untuk mengetahui hukum dan tugas-tugas perkembangan
4.      Untuk mengetahui karakteristik pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik dalam masing-masing periode.
5.      Untuk mengetahui beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.
6.      Untuk mengetahui solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.

























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan Psiko-Fisik
1.         pengertian pertumbuhan dan perkembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pertumbuhan adalah keadaan tumbuh; perkembangan selanjutnya kata tumbuh sendiri berarti timbul (hidup) dan bertambah besar dan sempurna . Pertumbuhan dapat juga diartikan tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya .
Secara singkat perkembangan (development) adalah proses tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju. Perkembangan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia adalah perihal berkembang . Selanjutnya, kata berkembang berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi luas, menjadi besar, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya . Dengan demikian “berkembang” tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran dan pengetahuan tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
Dalam Dictionary Of Psychology (1972) dan The Penguin Dictionary Of Psychology (1988), arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan perubahan progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut.
Selanjutnya Dictionary Of Psychology secara lebih luas merinci pengertian perkembangan manusia sebagai berikut : 
a.       The propressive and continous change in the oganism from birth till death, perkembangan itu merupakan perubahan yang progresif dan terus-menerus dalam diri organisme sejak lahir hingga mati.
b.      Growth, perkembangan itu berarti pertumbuhan.
c.       Change int the shape and integration of bodily parts into functinal parts, perkembangan berarti perubahan dalam bentuk dan penyatuan bagian-bagian yang bersifat jasmaniah ke dalam bagian-bagian yang fungsional.
d.      Muturation or the appearence of fundamental pattern of unlearned behavior, perkembangan itu adalah kematangan atau kemunculan pola-pola dasar tingkah laku yang bukan hasil belajar. 
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju kearah yang lebih maju. Namun perlu diketahui bahwa para ahli psikologi dan ilmu pendidikan memperselisihkan dalam memberikan definisi atau pengertian pertumbuhan dan perkembangan. Sebagaian dari mereka menganggap bahwa keduanya memiliki arti yang sama dan ada pula yang membedakan keduanya . Bahkan ada yang lebih mengutamakan pertumbuhan dari pada perkembangan.
Menurut Moh. Kasiram, istilah pertumbuhan dan perkembangan, meskipun saling melengkapi, sebenarnya mempunyai makna dan arti yang berlainan. Menurut Kasiram, pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran atau fungsi-fungsi mental, sedangkan perkembangan mengandung makna adanya pemunculan hal yang baru. 
Dan ada pula yang mengatakan bahwa pertumbuhan kuntitatif yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas yang bersifat konkret. Dan perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniah itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik.
2.         Pengertian Perkembangan Psiko-fisik
Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mata fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik, perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik. Yang artinya, orang tak akan bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan.[1]
Selanjutnya, pembahasan mengenai perkembangan ronah-ronah psiko-fisik pada bagian ini akan penyusun fokuskan pada proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses perkambangan tersebut meliputi:
a.       Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skills).
b.      Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni  perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak.
c.       Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses perkambangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagi kelompok.[2]
B.     Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenai proses pematangan (khususnya pematangan fungsi kognitif), proses belajar dan pembawaan atau bakat. Karena ketiga hal berkaitan erat dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan manusia tak terkeculai para siswa sebagai peserta didik kita. Dikarenakan apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar seseorang dalam keadaan positif, hamper dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami proses perkembangan kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang menjanjikan ini belum tentu terwujud, karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan siswa dalam menuju cita-cita bahagianya.[3]                                                                                                                                                           
C.    Hukum dan Tugas-Tugas Perkembangan
1.      Hukum Perkembangan
Pengertian "hukum", dalam ilmu jiwa perkembangan, tidaklah sama dengan yang biasa dikelanal dalam dunia perundang-undangan peradilan. Adapun yang dimaksud hukum perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak-anak (manusia) yang telah disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama.[4] Adapun macam-macam hukum perkembangan sebagai berikut:
a.       Hukum kodrat Ilahi
Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Karena hiduplah, anak manusia bias berkembang. Sementara kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Alah.
b.      Hukum mempertahankan diri
Setelah manusia ditakdirkan hidup, lalu ia secara naluriah berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk bias hidup secara singkat bisa dijelaskan bahwa usaha mempertahankan diri, intinya untuk memperoleh keselamatan. Sedang kselamatan, seperti halnya kehidupan, adalah modal pokok bagi pelaksanaannya proses perkembangan. Sekali lagi usaha mempertahankan diri merupakan sifat naluriah manusia. Tujuan pokoknya, agar ia selamat dan hidupnya berkelanjutan.
c.       Hukum pengembangan diri
Ketika seorang anak berhasil mempertahankan diri, bersamaan itu muncul pula hasrat insaniahnya untuk mengembangkan segala potensi yang dibawah sejak lahir.
d.      Hukum masa peka
Masa peka yang dimaksud ialah: suatu masa dimana sesuatu "fungsi"  demikian baik perkembangannya, karena itu harus dilayani dan diberi kesempatan sebaik-baiknya.
e.       Hukum tempo perkembangan
Berlangsungnya perkembangan pada anak yang satu, belum tentu sama dengan anak yang lain. Ada anak yang dalam perkembangannya kelihatan serba cepat, dan ada pula yang berlangsung amat lambat.
f.       Hukum irama perkembangan
Hukum ini menyatakan bahwa, bahwa berlangsungnya perkembangan itu tidak selalu "ajeg" , konsisten dan merata pada setiap waktu. Kadang-kadang suatu proses perkembangan berjalan lancar, tapi ada pula dari keadaan biasa kemudian melonjak cepat, untuk akhirnya kembali biasa lagi atau turun.
g.      Hukum sifat perkembangan
Menurut stone, perkembangan pribadi manusia itu jika diamati dengan sungguh-sungguh akan tampak adanya sifat-sifat sebagai berikut:
1)      Stabil
2)      Sensitive
3)      Aktif
4)      Teratur
5)      kontinyu
h.      Hukum kesatuan organis
Dalam garis besarnya. Dalam diri manusia terdapat dua jenis organ yaitu fisik dan psikis, raga dan jiwa, atau jasmani dan rohani.[5]
2.      Tugas Perkembangan
Secara sederhana, tugas erkembangan adalah sesuatu yang diharapkan dapat dicapai seseorang dalam tehap-tahap perjalanan hidupnya.
Adapun pendapat R.J.Havighurst, tugas-tugas perkembangan itu jika diperinci sepanjang hidup seseorang, maka akan diperoleh rumusan sebagai berikut:
a.       Tugas perkembangan pada masa bayi dan kanak-kanak awal
1.      Balajar berjalan
2.      Balajar makan-makanan padat
3.      Balajar mengendalikan buang air kecil dan besar
4.      Balajar membeda-bedakan jenis kelamin dan menghargainya.
b.      Tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir
1.      Balajar tentang keterampilan psikis yang diperlukan dalam permainan yang ringan-ringan atau mudah.
2.      Membentuk sikap-sikap sehat terhadap dirinya, demi kepentingan organismenya yang sedang tumbuh.
3.      Balajar bergaul dan bermain bersama dengan teman-teman seusia.
4.      Balajar menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya, sebagai pria atau wanita.
c.       Tugas perkembangan dalam masa remaja
1.      Menerima keadaan psikisnya, dan menerima peranannya sebagai pria atau wanita.
2.      Menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya, baik sesame jenis maupun lain jenis kelamin.
3.      Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya, juga dari orang-orang dewasa lainnya.
4.      memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis, sekurangnya untuk dirinya sendiri.
d.      Tugas perkembangan pada masa dewasa awal
1.      memilih teman bergaul, baik sebagai calon suami maupun sebagai calon isteri.
2.      belajar hidup bersama dengan suami dan isteri.
3.      mulai hidup dalam sebuah keluarga yang dibinanya.
4.      belajar mengasuh anak-anak.
e.       Tugas perkembangan pada masa setengah baya
1.      memperoleh tanggung jawab sebagai orang dewasa yang berwarganegara dan hidup bermasyarakat.
2.      menetapkan dan memelihara suatu standar kehidupan ekonomi bagi keluarganya.
3.      membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
4.      mengembangakan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang, sesuai dengan keahlian dan keinginannya.

f.       Tugas perkembangan pada masa tua
1.      menyesuaikan diri dengan keadaan semakin berkurangnya kekuatan psikis dalam kesehatan.
2.      menyesuaikan diri dalam masa pensiun dan pendapatan yang semakin berkurang.
3.      menyesuaikan diri dalam keadaan meninggalnya suami isteri.
4.      menjalin hubungan yang rapat dengan teman-teman atau kelompok seusia.[6]
D.    Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Psiko-Fisik Dalam Masing-Masing Periode
1.      Periodesasi yang berdasarkan biologis
Yang dimaksud dengan periodesasi berdasarkan biologis adalah para ahli kejiwaan mendasarkan pembahasannya pada kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:
a.       Pendapat Kreatschmer
Ia membagi perkembangan anak menjadi 4 (empat) fase:
1)      Fullug speriode I, umur 0,0-3,0 tahun
2)      Streckung seperiode I, umur 3,0-7,0 tahun
3)      Fullug speriode II, unur 7,0-13,0 tahun
4)      Streckung seperiode II, umur 13,0 tahun keatas
b.      Pendapat Aristoteles
Ia merumuskan perkembangan anak dengan tiga fase Perkembangan yakni:
1)      Fase I, umur 0,0-7,0
2)      Fase II, umur 7,0-14,0
3)      Fase III, umur 14,0-21,0
c.       Sigmund Freud
Psikologi ini membagi perkembangan anak menjadi 6 (enam) fase yaitu:
1)      Fase oral, umur 0,0-7,0 tahun
2)      Fase anal, umur 1,0-3,0 tahun
3)      Fase falis, umur 3,0-5,0 tahun
4)      Fase latent, umur 5,0-12/13,0 tahun
5)      Fase pubertas, umur 12/13,0-20,0 tahun
6)      Fase genital, umur20 tahun-ke atas
2.      Periodesasi berdasarkan Didaktis
Yang dimaksud dari tinjauan ini adalah dari segi keperluan atau materi apa kiranya yang tepat diberikan kepada anak didik pada masa tertentu, para ahli yang termasuk dalam kelumpok ini adalah:
a)      Johan Amos Comenius
b)      Jean Jacques Rousen
c)      Charles E. Skinner
3.      Periodesasi berdasarkan Psikologis 
Pada bagian ini, para ahli membahas Segala perkembangan jiwa anak, beriorentasi dari sudut pandang psikologis, mereka tidak lagi mendasarkan pada sudut biologis atau dedaktis lagi. Sehingga mengembalikan permasalahan kejiwaan dalam kedudukannya yang murni. Tokoh utama pembahasan ini adalah psikolog dari Jerman Oswald Kroh, yang nantinya diikuti oleh para ahli lainnya baik dari Jerman itu sendiri maupun dari Negara-negara lain.[7]
E.       Beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa
1)   Transfer belajar
               Ragam transfer belajar pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasil belajar pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialami sekarang. Inilah yang di sebut transfer dalam belajar. Transfer belajar mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya. Peristiwa pemindahan (transfer) pada umumnya selalu membawa dampak positif maupun negatif terhadap hasil pembelajaran materi pelajaran lain. Sehingga transfer dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni transfer positif dan negatif. [8]
               Menurut theory of identical element yang di kembangkan oleh E.L. thorndike (lihat teori koneksionisme pada bab III Subbab E), transfer positif biasanya terjadi karena kesamaan elemen antara memori yang lama dengan materi yang baru. Contohnya seorang siswa yang telah menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika, sebaliknya, orang yang sudah terbiasa mengetik dengan mengunakan dua jari kalau belajar mengetik menggunakan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran dari pada orang yang baru belajar mengetik. Pengalamn kesukaran inilah yang disebut transfer negatif. Artinya keterampilan yang sebelumnya dimiliki menjadi penghambat belajar keterampilan lainnya. [9] jadi disini hambatannya adalah transfer negatif.

2)   Faktor Lupa
               Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan-akan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Padahal, menurut teori kognitif apa pun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita.[10]
               Lupa (forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Dapatkah lupa dalam belajar dapat di ukur secara langsung? Witting (1981) menyimpulkan berdasarkan penelitiannya, peristiwa lupa yang di alami seseorang tidak mungkin dapat di ukur secara langsung. Sering terjadi apa yang dinyatakan telah terlupakan, oleh seorang siswa justru ia katakan.

               Jika anda meminta penjelasan kepada kepada seorang siswa, aliando misalnya. Mengenai materi pelajaran tertentu dengan perintah : “Aliando katakan semua yang telah kau lupakan mengenai pelajaran itu!” kemudian aliando menyebutkan hampir seluruh bagian pelajaran tersebut . lupakan aliando akan pelajaran itu? Jawabnya “tentu tidak. Sebab perintah anda sesungguhnya telah mengungkapkan apa-apa yang dia ingat. Dan hal lain yang tak dapat ia katakan (yang sedikit itulah) yang mungkin terlupakan olehnya.[11]
a)    faktor penyebab lupa di antaranya :
1.    Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenal gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu : 1)proactive interferenc; 2) retroactive interference (Reber 1988; Best, 1989;Anderson, 1990).
          Seorang siswa akn mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaraan lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya menganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah di kuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini materi yang baru saja di pelajari akan sangat sulit di ingat atau di produksi kembali.
          Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini materi pelajaran lama sangat sulit diingat atau di produksi kembali. Dengan kata lain siswa tersebut lupa akan pelajaran itu.
2.    Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja ataupun tidak.penekanan ini terjadi karena beberapa kemungkinan menurut repression theory, yakni teori represi/penekanan (Reber, 1988) adalah sebagai berikut :
-          Karena item informasi: di terima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya ke alam ketidaksadaran.
-          Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
-          Karena ite informasi yang akan di reproduksi itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah di pergunakan.[12]
3.    Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkunagn antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya mengenal dan mempelajari hewan jerapah lewat gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkianan ia akan lupa menyebut  nama hewan tadi ketika melihatnya di kebun bianatang.
4.    Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa teerhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa mengikuti proses pembelajaran dengan tekun dan serius tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya. (seperti ketidak senangan siswa kepada guru). Maka materi pelajaran ini akan mudah terlupakan.
5.    Menurut law of disuse (Hilgard dan Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah di kuasai tidak pernah di gunakan atau di hafalkan siswa.
6.    Lupa dapat terjadi karena perubahan syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan akohol dan gagar otak akan kehilangan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
3)      Peristiwa jenuh dalam belajar
            Secara harfiah jenuh adalah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan ia juga kadang mengalami kejenuhan belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau.[13]
            Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru. Sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan jalan di tempat.
            Faktor penyebab kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya. (Chapling, 1972). Selain itu kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemaampuan jasmaniahnya karena bosan(boring) dan keletihan (fatigue). Namun penyebab pada umumnya adalah keletihan yang melanda pada siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan. Menurut cross (1974) dalam bukunya the psychologi of learning, keletihan siswa dapat di kategorikan menjadi tiga macam yaitu: keletihan indera siswa, keletihan fisik siswa, keletihan mental siswa. [14]

4)      Kesulitan Belajar
            Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun kesulitan belajar juga dapat di buktikan denganmuculnya kelainan perilaku(misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak  di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dll. Secara garis besar faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni :
a. Faktor intern siswa : hal-hal atau keadaan-keadaan yang mucul dari diri siswa itu sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau ketidak mampuan psiko fisik siswa, yakni :
1.    Yang bersifat kognitif (ranah cipta) : seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa
2.    Yang bersifat afektif (ranah rasa): seperti labilnya emosi dan sikap
3.    Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) : seperti terganggunya alat-alat indera. (penglihatan, pendengaran, dll.)
b. Faktor ekstern siswa : hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa. Faktor ini meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, yakni :
1.    Lingkungan keluarga, contohnya : ketidak harmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2.    Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (pecr group) yang nakal.
3.    Lingkunagn sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru da alat-alat blajar yang berkualitas rendah.[15]
F.       Solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa
1)   Cara mengatasi  Transfer belajar
a.    Transfer belajar positif
Transfer positif yang tela di utarakan di muka, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya di buat sama atau mirip dengan situasi sehari-hari yang akan di tempati siswa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah ia pelajari di sekolah. Transfer positif dalam pengertian ini yang perlu di perhatikan guru, mengingat tujuan pendidikan secara umum adalah terciptanya sumber daya berkualitas yang adaptif. Kualitas inilah yang seyogyinya didapat dari lingkungan pendidikan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. [16] oleh sebab itu, setiap lembaga kependidikan, perlu menyediakan kemudahan-kemudahan belajar, seperti alat-alat dan ruang kerja yang akan di tempatinya. Intinya harus mengfasilitasi siswanya.
b.    Transfer belajar negatif
Transfer negatif dapat di alami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap ketrampilan atau pengetahuan yang di pelajari dalam situasi-situasi lainnya. Untuk mengatasi atau menghadapi kemungkinan terjadinya transfer negatif itu yang penting bagi guru ialah menyadari dan sekaligus menghindarkan para siswanya dari situasi=ituasi belajar tertentu yang di duga keras akan berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar para siswa tersebut pada masa yang akan datang.

2)   Cara mengatasi dan mengurangi lupa dalam belajar
        Sebagai seorang calon guru atau guru profesional dapatkah anda mencegah peristiwa lupa yang sering di alami oleh para siswa? Lupa itu manusiawi dan mungkin anda tak akan mampu mencegahnya secara keseluruhan. Namun, sekedar berusaha mengurangi terjadinya lupa yang sering di alami oleh para siswa dapat anda lakuakan dengan berbagai kiat.
        Pada prinsipnya apabila materi pelajaran yang anda sajikan kepada siswa-siswa dapat di serap, di proses dan disimpan dengan baik oleh sistem memori mereka, peristiwa lupa mungkin tidak terjadi atau terjadi namun tidak total. Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak kiat untuk memperkuat daya ingat menurut Barlow(1985), Reber(1988), dan Anderson(1990) adalah sebagai berikut :
1. overlearning
        Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa mempelajari respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Contohnya: tiap upacara kita membaca teks pancasila otomatis mengingatkan siswa terhadap materi PKN lebih kuat.
    2. Extra study time
            Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Kiat ini di pandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
   3. Mnemonic device
            Mnemonic device(muslihat memori) adalah kiat khusus yang di jadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa. Ada dua macam mnemonic device, yaitu :
     -rima (rhyme) :sajak yang terdiri atas kata dan istilah yang harus diingat siswa. Seperti nyanyian-nyanyian anak TK
     -singkatan : terdiri atas huruf-huruf nama atau istilah yang harus diingat siswa. Misalkan mengingat nama nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa menjadi ANIM.

3)   Cara mengatasi jenuh
                        Keletihan mental yang menyebabkan kejenuhan belajar itu lazimnya dapat di atasi dengan menggunakan kiat-kiat antara lain:
1. melakukan istirahat dan mengonsumsi makanan dan minuman yang  bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2. pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang di anggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
3. pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa berada di sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar
4. memberikan motivasi dan stimulus baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnaya.
5. siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah tau tingal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.

4)        Cara mengatasi kesulitan belajar
                 Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa. Guru sangat di anjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melaanda siswa tersebut. Upaya seperti ini di sebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan menurut Weener & Senf (1982) sebagaiman yang di kutip Wardani (1991) sebagai berikut :
a. melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
b. memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang di duga mengalami kesulitan belajar.
c. memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
d. memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya pada siswa yang di duga mengalami kesulitan belajar.

     Setelah melakukan diagnosis, kiat-kiat yang harus dilakukan selanjutnya untuk mengatasi kesulitan belajar adalah :
a. menganalisis hasil diagnosi, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperolehpengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
b. mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
c. menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan)[17]












BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Pertumbuhan dan perkembangan psiko-fisik merupakan suatu proses perubahan dari satu keadaan memjadi keadaan yang lain, dan berlangsung pada diri seseorang secara terus menerus sepanjang hayat yang berbeda sebagai kondisi yang menjadikan pribadi manisia berubah menuju ke arah kesempurnaan. Seperti halnya seorang anak tentang makna istilah keluarga mula-mula, ia tak akan tahu bahwa keluarga itu keseluruhan dari anggota-anggotanya.




[1]Desmita. Psikologi Per kembanga., (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2007) hlm. 4
[2] Sarlito Wirawan. Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) hlm.21
[3] W.S. Winkel. Psikologi Pengajaran. (Jakarta: Grasindo, 1996) hlm.103
[4] Achmad Rifai. Psikologi Pendidikan. (Semarang:Unnes Press, 2009). Hlm. 118
[5] http://peperonity.com/go/cites/mview/saifulalimurtadlo/27442956 diakses pada tanggal 9 Oktober 2014 pukul 21.00 wib
[6]Mohammad Asrori. Psikologi Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2007) hlm. 39
[7] Salamsemangat.wordpress.com/2012/11/15/pertumbuhan-dan-perkembangan-psiko-fisik. Diakses pada 14 oktober 2014 pukul 09.45 wib
[8] Muhibbinsyah, psikologi belajar (jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009) hlm.159
[9] Ibid., hlm.162
[10] Ibid., hlm.169
[11] Muhibbinsyah, psikologi belajar (jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009) hlm.170
[12] Muhibbinsyah, psikologi belajar (jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009) hlm.171
[13] Ibid., hlm.180
[14] Muhibbinsyah, psikologi belajar (jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009) hlm.182
[15] Ibid, hlm.185
[16] Ibid., h.163
[17] Muhibbinsyah, psikologi belajar (jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009) hlm.198



DAFTAR PUSTAKA
Desmita. Psikologi Per kembanga. 2007. Bandung:Remaja Rosdakarya
http://peperonity.com/go/cites/mview/saifulalimurtadlo/27442956 diakses pada tanggal 9 Oktober 2014 pukul 21.00 wib
Mohammad Asrori, Mohammad.  Psikologi Pembelajaran. 2007.  Bandung: Wacana Prima.
Radenintanlampung.blogspot.com/2013/01/psikologi-belajar-perkembangan_html?m=1. Diakses pada 2 Oktober pukul 15.23 wib
Rifai, Achmad. Psikologi Pendidikan. 2009.Semarang:Unnes Press
Salamsemangat.wordpress.com/2012/11/15/pertumbuhan-dan-perkembangan-psiko-fisik. Diakses pada 14 oktober 2014 pukul 09.45 wib
Sarlito Wirawan, Sarlito. Pengantar Umum Psikologi. 1984. Jakarta: Bulan Bintang
Schultz, Duane.  Psikologi Pertumbuhan. 1991. Yogyakarta: Kanisius
Syah, Muhibbin.  psikologi belajar . 2009. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. 1996. Jakarta: Grasindo, 1996



Tidak ada komentar:

Posting Komentar