MAKALAH
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PSIKO FISIK
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar PAI
Dosen
Pengampu :
Drs. H.
M.
Mustofa,
M.Ag

Oleh :
Yeli Ventika Agustin (D71213143)
Ainur Rochmah (D31213059)
Sinta Akhlakul
Karimah (D71213135)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA
FAKULTAS ILMU
TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebagaimana
telah disinggung pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik, banyak sekali
hal-hal yang seharusnya dibicarakan yang amat penting bagi kita dalam tahap
awal pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik itu sendiri. Sesungguhnya
terdapat berbagai persoalan yang semuanya bias dianggap penting yaitu:
pengertian pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik, hukum dan tugas-tugas
perkembangan, karekteristik pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik dalam
masing-masing priode, beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran
siswa, solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian pertumbuhan dan perkembangan psiko-fisik?
2. Apa
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
Psiko-Fisik?
3. Apa
hukum dan tugas-tugas perkembangan?
4. Bagaimana
pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik dalam masing-masing periode?
5. Jelaskan
beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa?
6. Apa
solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa?
C. Tujuan
Masalah
1. Untuk
menjelaskan apa pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
Psiko-Fisik
3. Untuk
mengetahui hukum dan tugas-tugas perkembangan
4. Untuk
mengetahui karakteristik pertumbuhan dan perkembangan Psiko-Fisik dalam
masing-masing periode.
5. Untuk
mengetahui beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.
6. Untuk
mengetahui solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pertumbuhan Dan Perkembangan Psiko-Fisik
1. pengertian pertumbuhan dan perkembangan
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia pertumbuhan adalah keadaan tumbuh; perkembangan
selanjutnya kata tumbuh sendiri berarti timbul (hidup) dan bertambah besar dan
sempurna . Pertumbuhan dapat juga diartikan tahapan peningkatan sesuatu dalam
hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya .
Secara
singkat perkembangan (development) adalah proses tahapan pertumbuhan kearah
yang lebih maju. Perkembangan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia adalah perihal
berkembang . Selanjutnya, kata berkembang berarti mekar terbuka atau
membentang; menjadi luas, menjadi besar, dan banyak, serta menjadi bertambah
sempurna dalam kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya . Dengan
demikian “berkembang” tidak saja meliputi aspek yang bersifat abstrak seperti
pikiran dan pengetahuan tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
Dalam
Dictionary Of Psychology (1972) dan The Penguin Dictionary Of Psychology
(1988), arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan perubahan
progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya,
tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme
tersebut.
Selanjutnya
Dictionary Of Psychology secara lebih luas merinci pengertian perkembangan
manusia sebagai berikut :
a.
The propressive and continous change in the oganism from birth till
death, perkembangan itu merupakan perubahan yang progresif dan terus-menerus
dalam diri organisme sejak lahir hingga mati.
b.
Growth, perkembangan itu berarti pertumbuhan.
c.
Change int the shape and integration of bodily parts into functinal
parts, perkembangan berarti perubahan dalam bentuk dan penyatuan bagian-bagian
yang bersifat jasmaniah ke dalam bagian-bagian yang fungsional.
d.
Muturation or the appearence of fundamental pattern of unlearned
behavior, perkembangan itu adalah kematangan atau kemunculan pola-pola dasar
tingkah laku yang bukan hasil belajar.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah rentetan perubahan
jasmani dan rohani manusia menuju kearah yang lebih maju. Namun perlu diketahui
bahwa para ahli psikologi dan ilmu pendidikan memperselisihkan dalam memberikan
definisi atau pengertian pertumbuhan dan perkembangan. Sebagaian dari mereka
menganggap bahwa keduanya memiliki arti yang sama dan ada pula yang membedakan
keduanya . Bahkan ada yang lebih mengutamakan pertumbuhan dari pada
perkembangan.
Menurut
Moh. Kasiram, istilah pertumbuhan dan perkembangan, meskipun saling melengkapi,
sebenarnya mempunyai makna dan arti yang berlainan. Menurut Kasiram,
pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran atau fungsi-fungsi
mental, sedangkan perkembangan mengandung makna adanya pemunculan hal yang
baru.
Dan ada
pula yang mengatakan bahwa pertumbuhan kuntitatif yang mengacu pada jumlah,
besar, dan luas yang bersifat konkret. Dan perkembangan adalah proses perubahan
kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan
organ-organ jasmaniah itu sendiri. Dengan kata lain, penekanan arti
perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang
oleh organ-organ fisik.
2. Pengertian Perkembangan Psiko-fisik
Perkembangan
ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mata fungsi organ-organ
jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Penekanan arti
perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang
oleh organ-organ fisik, perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia
mengakhiri hayatnya. Sementara itu pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia
mencapai kematangan fisik. Yang artinya, orang tak akan bertambah tinggi atau
besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan.[1]
Selanjutnya,
pembahasan mengenai perkembangan ronah-ronah psiko-fisik pada bagian ini akan
penyusun fokuskan pada proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki
keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses perkambangan
tersebut meliputi:
a.
Perkembangan
motor (motor development), yakni proses perkembangan yang progresif dan
berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor
skills).
b.
Perkembangan
kognitif (cognitive development), yakni
perkembangan fungsi intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau
kecerdasan otak anak.
c. Perkembangan
sosial dan moral (social and moral development), yakni proses perkambangan
mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak dalam
berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu maupun sebagi
kelompok.[2]
B. Faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan
Dalam mempelajari perkembangan manusia
diperlukan adanya perhatian khusus mengenai proses pematangan (khususnya
pematangan fungsi kognitif), proses belajar dan pembawaan atau bakat. Karena
ketiga hal berkaitan erat dan saling berpengaruh dalam perkembangan kehidupan
manusia tak terkeculai para siswa sebagai peserta didik kita. Dikarenakan
apabila fungsi kognitif, bakat dan proses belajar seseorang dalam keadaan positif,
hamper dapat dipastikan siswa tersebut akan mengalami proses perkembangan
kehidupan secara mulus. Akan tetapi, asumsi yang menjanjikan ini belum tentu
terwujud, karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses perkembangan
siswa dalam menuju cita-cita bahagianya.[3]
C. Hukum
dan Tugas-Tugas Perkembangan
1.
Hukum
Perkembangan
Pengertian
"hukum", dalam ilmu jiwa perkembangan, tidaklah sama dengan yang
biasa dikelanal dalam dunia perundang-undangan peradilan. Adapun yang dimaksud
hukum perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan
anak-anak (manusia) yang telah disepakati kebenarannya berdasarkan hasil
pemikiran dan penelitian yang seksama.[4]
Adapun macam-macam hukum perkembangan sebagai berikut:
a.
Hukum
kodrat Ilahi
Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu
berpangkal pada kehidupan. Karena hiduplah, anak manusia bias berkembang. Sementara
kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Alah.
b.
Hukum
mempertahankan diri
Setelah manusia ditakdirkan hidup, lalu ia
secara naluriah berusaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk bias hidup
secara singkat bisa dijelaskan bahwa usaha mempertahankan diri, intinya untuk
memperoleh keselamatan. Sedang kselamatan, seperti halnya kehidupan, adalah
modal pokok bagi pelaksanaannya proses perkembangan. Sekali lagi usaha
mempertahankan diri merupakan sifat naluriah manusia. Tujuan pokoknya, agar ia
selamat dan hidupnya berkelanjutan.
c.
Hukum
pengembangan diri
Ketika seorang anak berhasil mempertahankan
diri, bersamaan itu muncul pula hasrat insaniahnya untuk mengembangkan segala
potensi yang dibawah sejak lahir.
d.
Hukum
masa peka
Masa peka yang dimaksud ialah: suatu masa
dimana sesuatu "fungsi"
demikian baik perkembangannya, karena itu harus dilayani dan diberi
kesempatan sebaik-baiknya.
e.
Hukum
tempo perkembangan
Berlangsungnya perkembangan pada anak yang
satu, belum tentu sama dengan anak yang lain. Ada anak yang dalam
perkembangannya kelihatan serba cepat, dan ada pula yang berlangsung amat
lambat.
f.
Hukum
irama perkembangan
Hukum ini menyatakan bahwa, bahwa
berlangsungnya perkembangan itu tidak selalu "ajeg" , konsisten dan
merata pada setiap waktu. Kadang-kadang suatu proses perkembangan berjalan
lancar, tapi ada pula dari keadaan biasa kemudian melonjak cepat, untuk
akhirnya kembali biasa lagi atau turun.
g.
Hukum
sifat perkembangan
Menurut stone, perkembangan pribadi manusia itu
jika diamati dengan sungguh-sungguh akan tampak adanya sifat-sifat sebagai
berikut:
1)
Stabil
2)
Sensitive
3)
Aktif
4)
Teratur
5)
kontinyu
h.
Hukum
kesatuan organis
Dalam garis besarnya. Dalam diri manusia
terdapat dua jenis organ yaitu fisik dan psikis, raga dan jiwa, atau jasmani
dan rohani.[5]
2.
Tugas
Perkembangan
Secara
sederhana, tugas erkembangan adalah sesuatu yang diharapkan dapat dicapai
seseorang dalam tehap-tahap perjalanan hidupnya.
Adapun
pendapat R.J.Havighurst, tugas-tugas perkembangan itu jika diperinci sepanjang
hidup seseorang, maka akan diperoleh rumusan sebagai berikut:
a.
Tugas
perkembangan pada masa bayi dan kanak-kanak awal
1.
Balajar
berjalan
2.
Balajar
makan-makanan padat
3.
Balajar
mengendalikan buang air kecil dan besar
4.
Balajar
membeda-bedakan jenis kelamin dan menghargainya.
b.
Tugas
perkembangan pada masa kanak-kanak akhir
1.
Balajar
tentang keterampilan psikis yang diperlukan dalam permainan yang ringan-ringan
atau mudah.
2.
Membentuk
sikap-sikap sehat terhadap dirinya, demi kepentingan organismenya yang sedang
tumbuh.
3.
Balajar
bergaul dan bermain bersama dengan teman-teman seusia.
4.
Balajar
menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya, sebagai pria atau wanita.
c.
Tugas
perkembangan dalam masa remaja
1.
Menerima
keadaan psikisnya, dan menerima peranannya sebagai pria atau wanita.
2.
Menjalin
hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya, baik sesame jenis maupun lain
jenis kelamin.
3.
Memperoleh
kebebasan secara emosional dari orang tuanya, juga dari orang-orang dewasa
lainnya.
4.
memperoleh
kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis, sekurangnya untuk dirinya
sendiri.
d.
Tugas
perkembangan pada masa dewasa awal
1.
memilih
teman bergaul, baik sebagai calon suami maupun sebagai calon isteri.
2.
belajar
hidup bersama dengan suami dan isteri.
3.
mulai
hidup dalam sebuah keluarga yang dibinanya.
4.
belajar
mengasuh anak-anak.
e.
Tugas
perkembangan pada masa setengah baya
1.
memperoleh
tanggung jawab sebagai orang dewasa yang berwarganegara dan hidup
bermasyarakat.
2.
menetapkan
dan memelihara suatu standar kehidupan ekonomi bagi keluarganya.
3.
membantu
anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
4.
mengembangakan
kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang, sesuai dengan keahlian dan
keinginannya.
f.
Tugas
perkembangan pada masa tua
1.
menyesuaikan
diri dengan keadaan semakin berkurangnya kekuatan psikis dalam kesehatan.
2.
menyesuaikan
diri dalam masa pensiun dan pendapatan yang semakin berkurang.
3.
menyesuaikan
diri dalam keadaan meninggalnya suami isteri.
4. menjalin
hubungan yang rapat dengan teman-teman atau kelompok seusia.[6]
D. Karakteristik
Pertumbuhan dan Perkembangan Psiko-Fisik Dalam Masing-Masing Periode
1.
Periodesasi
yang berdasarkan biologis
Yang
dimaksud dengan periodesasi berdasarkan biologis adalah para ahli kejiwaan
mendasarkan pembahasannya pada kondisi atau proses pertumbuhan biologis anak.
Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:
a.
Pendapat
Kreatschmer
Ia
membagi perkembangan anak menjadi 4 (empat) fase:
1)
Fullug
speriode I, umur 0,0-3,0 tahun
2)
Streckung
seperiode I, umur 3,0-7,0 tahun
3)
Fullug
speriode II, unur 7,0-13,0 tahun
4)
Streckung
seperiode II, umur 13,0 tahun keatas
b.
Pendapat
Aristoteles
Ia merumuskan perkembangan anak dengan tiga
fase Perkembangan yakni:
1)
Fase I,
umur 0,0-7,0
2)
Fase II,
umur 7,0-14,0
3)
Fase
III, umur 14,0-21,0
c.
Sigmund
Freud
Psikologi ini membagi perkembangan anak menjadi
6 (enam) fase yaitu:
1)
Fase
oral, umur 0,0-7,0 tahun
2)
Fase
anal, umur 1,0-3,0 tahun
3)
Fase
falis, umur 3,0-5,0 tahun
4)
Fase
latent, umur 5,0-12/13,0 tahun
5)
Fase
pubertas, umur 12/13,0-20,0 tahun
6)
Fase
genital, umur20 tahun-ke atas
2.
Periodesasi
berdasarkan Didaktis
Yang dimaksud
dari tinjauan ini adalah dari segi keperluan atau materi apa kiranya yang tepat
diberikan kepada anak didik pada masa tertentu, para ahli yang termasuk dalam
kelumpok ini adalah:
a)
Johan
Amos Comenius
b)
Jean
Jacques Rousen
c)
Charles
E. Skinner
3.
Periodesasi
berdasarkan Psikologis
Pada
bagian ini, para ahli membahas Segala perkembangan jiwa anak, beriorentasi dari
sudut pandang psikologis, mereka tidak lagi mendasarkan pada sudut biologis
atau dedaktis lagi. Sehingga mengembalikan permasalahan kejiwaan dalam
kedudukannya yang murni. Tokoh utama pembahasan ini adalah psikolog dari Jerman
Oswald Kroh, yang nantinya diikuti oleh para ahli lainnya baik dari Jerman itu
sendiri maupun dari Negara-negara lain.[7]
E.
Beberapa problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa
1)
Transfer belajar
Ragam transfer belajar
pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasil belajar pada masa lalu
seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialami sekarang. Inilah
yang di sebut transfer dalam belajar. Transfer belajar mengandung arti
pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya.
Peristiwa pemindahan (transfer) pada umumnya selalu membawa dampak positif
maupun negatif terhadap hasil pembelajaran materi pelajaran lain. Sehingga
transfer dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni transfer positif dan negatif.
[8]
Menurut theory of identical element yang di kembangkan oleh E.L. thorndike
(lihat teori koneksionisme pada bab III Subbab E), transfer positif biasanya
terjadi karena kesamaan elemen antara memori yang lama dengan materi yang baru.
Contohnya seorang siswa yang telah menguasai matematika akan mudah mempelajari
statistika, sebaliknya, orang yang sudah terbiasa mengetik dengan mengunakan
dua jari kalau belajar mengetik menggunakan sepuluh jari akan lebih banyak
mengalami kesukaran dari pada orang yang baru belajar mengetik. Pengalamn
kesukaran inilah yang disebut transfer negatif. Artinya keterampilan yang
sebelumnya dimiliki menjadi penghambat belajar keterampilan lainnya. [9] jadi
disini hambatannya adalah transfer negatif.
2)
Faktor Lupa
Dari pengalaman sehari-hari, kita
memiliki kesan seakan-akan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak
seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Padahal, menurut teori kognitif apa pun
yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya
dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen
kita.[10]
Lupa (forgetting) adalah
hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang
sebelumnya telah kita pelajari. Dapatkah lupa dalam belajar dapat di ukur
secara langsung? Witting (1981) menyimpulkan berdasarkan penelitiannya,
peristiwa lupa yang di alami seseorang tidak mungkin dapat di ukur secara
langsung. Sering terjadi apa yang dinyatakan telah terlupakan, oleh seorang
siswa justru ia katakan.
Jika anda meminta penjelasan
kepada kepada seorang siswa, aliando misalnya. Mengenai materi pelajaran
tertentu dengan perintah : “Aliando katakan semua yang telah kau lupakan
mengenai pelajaran itu!” kemudian aliando menyebutkan hampir seluruh bagian
pelajaran tersebut . lupakan aliando akan pelajaran itu? Jawabnya “tentu tidak.
Sebab perintah anda sesungguhnya telah mengungkapkan apa-apa yang dia ingat.
Dan hal lain yang tak dapat ia katakan (yang sedikit itulah) yang mungkin
terlupakan olehnya.[11]
a)
faktor penyebab lupa di antaranya :
1.
Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item
informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenal
gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu : 1)proactive interferenc; 2) retroactive interference (Reber 1988;
Best, 1989;Anderson, 1990).
Seorang siswa akn mengalami gangguan proaktif apabila materi
pelajaraan lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya menganggu
masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut
mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran
yang telah di kuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini materi
yang baru saja di pelajari akan sangat sulit di ingat atau di produksi kembali.
Sebaliknya, seorang
siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa
konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang
telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut.
Dalam hal ini materi pelajaran lama sangat sulit diingat atau di produksi
kembali. Dengan kata lain siswa tersebut lupa akan pelajaran itu.
2.
Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan
terhadap item yang telah ada baik sengaja ataupun tidak.penekanan ini terjadi
karena beberapa kemungkinan menurut repression theory, yakni teori
represi/penekanan (Reber, 1988) adalah sebagai berikut :
-
Karena item informasi: di terima siswa kurang menyenangkan,
sehingga ia dengan sengaja menekannya ke alam ketidaksadaran.
-
Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item
informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
-
Karena ite informasi yang akan di reproduksi itu tertekan ke alam
bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah di pergunakan.[12]
3.
Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkunagn
antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika
seorang siswa hanya mengenal dan mempelajari hewan jerapah lewat gambar yang
ada di sekolah misalnya, maka kemungkianan ia akan lupa menyebut nama hewan tadi ketika melihatnya di kebun
bianatang.
4.
Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa teerhadap
proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa mengikuti
proses pembelajaran dengan tekun dan serius tetapi karena sesuatu hal sikap dan
minat siswa tersebut menjadi sebaliknya. (seperti ketidak senangan siswa kepada
guru). Maka materi pelajaran ini akan mudah terlupakan.
5.
Menurut law of disuse
(Hilgard dan Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah
di kuasai tidak pernah di gunakan atau di hafalkan siswa.
6.
Lupa dapat terjadi karena perubahan syaraf otak. Seorang siswa yang
terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan akohol dan gagar otak
akan kehilangan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
3)
Peristiwa jenuh dalam belajar
Secara harfiah
jenuh adalah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun. Jenuh
juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami
kelupaan ia juga kadang mengalami kejenuhan belajar yang dalam bahasa psikologi
lazim disebut learning plateau.[13]
Seorang siswa yang
sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tak dapat bekerja sebagaimana yang
diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru. Sehingga
kemajuan belajarnya seakan-akan jalan di tempat.
Faktor penyebab
kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan konsolidasi
salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada
tingkat keterampilan berikutnya. (Chapling, 1972). Selain itu kejenuhan juga
dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemaampuan
jasmaniahnya karena bosan(boring) dan
keletihan (fatigue). Namun penyebab
pada umumnya adalah keletihan yang melanda pada siswa, karena keletihan dapat
menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan. Menurut
cross (1974) dalam bukunya the psychologi
of learning, keletihan siswa dapat di kategorikan menjadi tiga macam yaitu:
keletihan indera siswa, keletihan fisik siswa, keletihan mental siswa. [14]
4)
Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan
belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik
atau prestasi belajarnya. Namun kesulitan belajar juga dapat di buktikan denganmuculnya
kelainan perilaku(misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi,
sering tidak masuk sekolah, dll. Secara garis besar faktor-faktor penyebab
timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yakni :
a. Faktor intern siswa : hal-hal atau keadaan-keadaan yang mucul
dari diri siswa itu sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau ketidak
mampuan psiko fisik siswa, yakni :
1.
Yang bersifat kognitif (ranah cipta) : seperti
rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa
2.
Yang bersifat afektif (ranah rasa): seperti labilnya emosi dan
sikap
3.
Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) : seperti terganggunya
alat-alat indera. (penglihatan, pendengaran, dll.)
b. Faktor ekstern siswa : hal-hal atau keadaan yang datang dari
luar diri siswa. Faktor ini meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, yakni :
1.
Lingkungan keluarga, contohnya : ketidak harmonisan hubungan antara
ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2.
Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya : wilayah
perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (pecr group) yang nakal.
3.
Lingkunagn sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah
yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru da alat-alat blajar yang
berkualitas rendah.[15]
F.
Solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa
1)
Cara mengatasi Transfer
belajar
a.
Transfer belajar positif
Transfer
positif yang tela di utarakan di muka, akan mudah terjadi pada diri seorang
siswa apabila situasi belajarnya di buat sama atau mirip dengan situasi
sehari-hari yang akan di tempati siswa tersebut kelak dalam mengaplikasikan
pengetahuan dan ketrampilan yang telah ia pelajari di sekolah. Transfer positif
dalam pengertian ini yang perlu di perhatikan guru, mengingat tujuan pendidikan
secara umum adalah terciptanya sumber daya berkualitas yang adaptif. Kualitas
inilah yang seyogyinya didapat dari lingkungan pendidikan untuk digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. [16] oleh
sebab itu, setiap lembaga kependidikan, perlu menyediakan kemudahan-kemudahan
belajar, seperti alat-alat dan ruang kerja yang akan di tempatinya. Intinya
harus mengfasilitasi siswanya.
b.
Transfer belajar negatif
Transfer
negatif dapat di alami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu
yang memiliki pengaruh merusak terhadap ketrampilan atau pengetahuan yang di
pelajari dalam situasi-situasi lainnya. Untuk mengatasi atau menghadapi
kemungkinan terjadinya transfer negatif itu yang penting bagi guru ialah
menyadari dan sekaligus menghindarkan para siswanya dari situasi=ituasi belajar
tertentu yang di duga keras akan berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar
para siswa tersebut pada masa yang akan datang.
2)
Cara mengatasi dan mengurangi lupa dalam belajar
Sebagai seorang calon guru atau guru
profesional dapatkah anda mencegah peristiwa lupa yang sering di alami oleh
para siswa? Lupa itu manusiawi dan mungkin anda tak akan mampu mencegahnya
secara keseluruhan. Namun, sekedar berusaha mengurangi terjadinya lupa yang
sering di alami oleh para siswa dapat anda lakuakan dengan berbagai kiat.
Pada prinsipnya apabila materi pelajaran
yang anda sajikan kepada siswa-siswa dapat di serap, di proses dan disimpan
dengan baik oleh sistem memori mereka, peristiwa lupa mungkin tidak terjadi
atau terjadi namun tidak total. Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah
dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak kiat untuk memperkuat
daya ingat menurut Barlow(1985), Reber(1988), dan Anderson(1990) adalah sebagai
berikut :
1. overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas
penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila
respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa mempelajari respons tersebut
dengan cara di luar kebiasaan. Contohnya: tiap upacara kita membaca teks
pancasila otomatis mengingatkan siswa terhadap materi PKN lebih kuat.
2. Extra study time
Extra study time
(tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan
frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Kiat ini di pandang cukup strategis
karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
3. Mnemonic device
Mnemonic device(muslihat memori) adalah kiat khusus yang di jadikan
“alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi kedalam sistem akal
siswa. Ada dua macam mnemonic device, yaitu
:
-rima (rhyme) :sajak yang
terdiri atas kata dan istilah yang harus diingat siswa. Seperti
nyanyian-nyanyian anak TK
-singkatan : terdiri atas
huruf-huruf nama atau istilah yang harus diingat siswa. Misalkan mengingat nama
nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa menjadi ANIM.
3)
Cara mengatasi jenuh
Keletihan mental yang
menyebabkan kejenuhan belajar itu lazimnya dapat di atasi dengan menggunakan
kiat-kiat antara lain:
1. melakukan istirahat dan mengonsumsi makanan dan minuman
yang bergizi dengan takaran yang cukup
banyak.
2. pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari
belajar yang di anggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
3. pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang
meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan
belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa berada di sebuah kamar baru
yang lebih menyenangkan untuk belajar
4. memberikan motivasi dan stimulus baru agar siswa merasa
terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnaya.
5. siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah tau tingal diam)
dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.
4)
Cara mengatasi kesulitan belajar
Sebelum menetapkan alternatif
pemecahan masalah kesulitan belajar siswa. Guru sangat di anjurkan untuk
terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat)
terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang
melaanda siswa tersebut. Upaya seperti ini di sebut diagnosis yang bertujuan
menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa. Ada beberapa
langkah yang harus dilakukan menurut Weener & Senf (1982) sebagaiman yang
di kutip Wardani (1991) sebagai berikut :
a. melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang
siswa ketika mengikuti pelajaran.
b. memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang di
duga mengalami kesulitan belajar.
c. memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk
mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
d. memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya pada siswa
yang di duga mengalami kesulitan belajar.
Setelah melakukan diagnosis, kiat-kiat yang
harus dilakukan selanjutnya untuk mengatasi kesulitan belajar adalah :
a. menganalisis hasil diagnosi, yakni menelaah bagian-bagian
masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperolehpengertian yang
benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
b. mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang
memerlukan perbaikan.
c. menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan)[17]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan psiko-fisik merupakan suatu
proses perubahan dari satu keadaan memjadi keadaan yang lain, dan berlangsung
pada diri seseorang secara terus menerus sepanjang hayat yang berbeda sebagai
kondisi yang menjadikan pribadi manisia berubah menuju ke arah kesempurnaan. Seperti halnya seorang anak tentang makna
istilah keluarga mula-mula, ia tak akan tahu bahwa keluarga itu keseluruhan
dari anggota-anggotanya.
[2] Sarlito Wirawan. Pengantar Umum
Psikologi. (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) hlm.21
[5] http://peperonity.com/go/cites/mview/saifulalimurtadlo/27442956 diakses pada tanggal 9 Oktober 2014 pukul
21.00 wib
[6]Mohammad Asrori. Psikologi
Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2007) hlm. 39
[7] Salamsemangat.wordpress.com/2012/11/15/pertumbuhan-dan-perkembangan-psiko-fisik.
Diakses pada 14 oktober 2014 pukul 09.45 wib
[8]
Muhibbinsyah, psikologi belajar (jakarta:
PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009) hlm.159
[9]
Ibid., hlm.162
[10]
Ibid., hlm.169
[11]
Muhibbinsyah, psikologi belajar (jakarta:
PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009) hlm.170
[12]
Muhibbinsyah, psikologi belajar (jakarta:
PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009) hlm.171
[13]
Ibid., hlm.180
[14]
Muhibbinsyah, psikologi belajar (jakarta:
PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2009) hlm.182
[16]
Ibid., h.163
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. Psikologi Per kembanga. 2007. Bandung:Remaja Rosdakarya
http://peperonity.com/go/cites/mview/saifulalimurtadlo/27442956 diakses pada tanggal 9
Oktober 2014 pukul 21.00 wib
Mohammad Asrori,
Mohammad. Psikologi Pembelajaran. 2007.
Bandung: Wacana Prima.
Radenintanlampung.blogspot.com/2013/01/psikologi-belajar-perkembangan_html?m=1.
Diakses pada 2 Oktober pukul 15.23 wib
Rifai, Achmad. Psikologi
Pendidikan. 2009.Semarang:Unnes Press
Salamsemangat.wordpress.com/2012/11/15/pertumbuhan-dan-perkembangan-psiko-fisik.
Diakses pada 14 oktober 2014 pukul 09.45 wib
Sarlito Wirawan, Sarlito. Pengantar
Umum Psikologi. 1984. Jakarta: Bulan Bintang
Schultz, Duane. Psikologi Pertumbuhan. 1991. Yogyakarta:
Kanisius
Syah, Muhibbin. psikologi belajar . 2009. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Winkel, W.S. Psikologi
Pengajaran. 1996. Jakarta: Grasindo, 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar